STIKOM Bali Gelar Konferensi Para Peneliti Teknologi Informasi Indonesia

Denpasar-Ketua Stikom Bali Dr. Dadang Hermawan menyatakan Konferensi Nasional Sistem dan Informasi (KNS&I) adalah agenda rutin STIKOM Bali guna menyatukan dunia akademisi dengan industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal itu dikatakan Dadang Hermawan di sela acara KNS&I 2015 di aula STIKOM Bali, Jumat(9/10/2015).

 

Menurut Dadang Hermawan, selama ini masih ada gap antara hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dengan daya tangkap industri terhadap hasil penelitian tersebut. Akibatnya, banyak penelitian TIK yang bermanfaat bagi masyarakat dan bernilai ekonomis tetapi tidak diaplikasikan oleh industri. “Itulah yang mendorong kami mengagendakan konferensi ini secara rutin tiap tahun,” katanya.
 
Sementara itu ketua panitia KNS&I 2015 Ni Ketut Dewi Ari Jayanti, ST., M.Kom, mengatakan konferensi selama dua hari (9-10 Oktober) ini membahas 178 makalah dari 205 makalah yang masuk ke panitia. “Artinya ada 27 makalah tidak memenuhi kriteria sehingga ditolak,” katanya.
 
Disebutkan Ari Jayanti, peserta seminar ini sebanyak 605 orang, terdiri dari dosen, mahasiswa, pemakalah,  yang datang dari 31 perguruan tinggi se-Indonesia serta para praktisi TIK.
 
Tampil sebagai keynotes speaker adalah Prof. Zainal Arifin Hasibuan, PhD yang tak lain adalah Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (Aptikom) Pusat dan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
 
Menurut Prof. Zainal Arifin yang lebih akrab dipanggil Prof. Ucok ini,  Indonesia seharusnya lebih konsen untuk menciptakan content-content dalam bidang TIK. “Kita tidak mungkin menciptakan software untuk menyaingi microsoft, google, oracle. Dulu kita berhasil menciptakan computer Jangkrik, tapi begitu dicolikin, terbakar, dan Jangkrik juga lenyap sampai sekarang,” ujarnya sambil tertawa.
 
Contoh praktis content tersebut, demkian Prof. Ucok, adalah Go-Jek yang kini lagi trend. Menurutnya itu  software sederhana yang disebutnya E-UMKM. Untuk membantu para petani agar penghasilannya lebih meningkat, salah satau solusi yang diusulkan Prof. Ucok adalah memotong mata rantai penjualan hasil produksi para petani ke konsumen. “Melalui TIK hal itu bisa dilakukan. Kita bisa prediksi hasil panen, berapa kebutuhan suatu daerah, daerah mana yang kurang, mana yang lebih. Kalau semua data dibuat dalam suatu content tertentu, orang mudah cari, tinggal klik, ketemu. Saya sedih melihat ada petani membuang hasil panennya yag berlebihan karena tidak bisa dijual” paparnya.
 
Terhadap program smart city kota Denpasar yang disampaikan Dewa Made Agung, Kepala Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kota Denpasar, menurut Prof. Ucok itu sangat layak. “Tadi pak kepala dinas infokom bilang, semua jalan protokol di Denpasar sudah dipasang CCTC. Nah tugas akademisi adalah membuat analisis sebagai masukan kepada pemerintah dan kepolisian,” katanya.
 
KNS&I ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Kota Denpasar mewakili walikota. (*)