Mahasiswa ITB STIKOM Bali Juara Favorite Lomba Tari Yosakoi Matsuri

Empat penari mahasiswa ITB STIKOM Bali juara Favorite Bali Yosakoi Matsuri didamping dosennya Putu Setyarini (krii) foto bersama Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan.

Denpasar – Mahasiswa ITB STIKOM Bali kembali menunjukkan kebolehannya dalam festival Bali Yosakoi Matsuri yang diadakan oleh Yayasan Persahabatan Jepang – Bali pada 24 September 2022 lalu dan digelar secara  offline  di Hongkong Garden, Sanur, Bali. 20 penari yang diterjunkan membawakan tarian khas Jepang itu oleh panitia akhirnya dinobatkan sebagai juara favorite. “Kita menjadi satu-satunya perguruan tinggi yang dinyatakan sebagai juara. Sedangkan juara 1 – 3 direbut oleh pewakilan dari SMA/SMK se-Bali,” terang Putu Suci Arina Pramudita, Ketua UKM Pragina ITB STIKOM Bali yang juga menjadi anggota penari dalam festival ini.

Atas prestasi itu,  Putu Suci Arina Pramudita, Ni Made Ayu Putri Dwija Yanti, Putri Insphira Lidaviola dan Ketut Widya Ayuningrum mewakili rekan mereka yang lain didampingi dosennya Ni Putu Setyaini, S.Sn., M.Sn diterima oleh Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan di kampus ITB STIKOM Bali Renon, Denpasar, Jumat (14/Oktober/2022). “Selamat  untuk adik-adik semua, kalau hari ini juara favorite, lain kali harus juara 1,” kata Dadang Hermawan sambil menyalami keempat mahasiswinya itu.

Putu Suci Arina Pramudita menjelaskan, untuk mengikuti festival ini dia dan teman-temannya digembleng oleh dosen seni tari ITB STIKOM Bali Putu Setyarini, S.Sn., M.Sn hanya dalam waktu sebulan untuk empat kali latihan. Padahal selama bulan agustus – september lalu, para mahasiswa ini sangat padat acara. “Mulai dari persiapan GMTI hingga GMTI dan ada kegiatan ekstra pentas acara ibu Bandem di museum Bali. Kami hanya  empat kali latihan tapi semuanya bisa menghafal gerakan dan bisa kompak,” kata Putu Suci Arina Pramudita yang juga Runer Up 1 PutriKampusITB STIKOM Bali tahun 2021.

Yang menarik adalah kisah Putri Insphira Lidaviola. Seusai mengikuti kegiatan Gema Mahasiswa Teknologi Informasi (GMTI) ke-20, Insphira mendapat kepercayaan dari UKM Pragina untu ikut dalam festival ini. “Ini pengalaman saya pertama. Habis Opspek disuruh ikut. Hanya saya yang mahasiswa baru angkatan 2022, yang lainnya angkatan 2021 – 2022,” terang alumni SMKN 5 Denpasar jurusan seni tari yang kini mengambil Program Studi Bisnis Digital.

Begitu juga Ni Made Ayu Putri Dwija Yanti yang pertama kali mendapat kepercayaan telibat dalam lomba  tari Yosakoi Matsuri ini. “Memang waktunya sangat singkat tetapi memacu kami untuk berusahan mengingat gerakan dan ternyata kamis bisa kompak,” sebut mahasiswa Prodi Bisnis Digital angkatan 2021 ini.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ketut Widya Ayuningrum. Mahasiswi Prodi Sistem Informasi angkatan 2021 ini juga mengaku pertama kali terlibat dalam lomba tari Yosakoi Matsuri. “Waktunya singkat, apalagi melibatkan 20 penari, ternyata kami mampu tampil maksimal dan bisa mengharumkan nama kampus,” sebutnya.

Putu Suci Arina Pramudita menambahkan, tahun lalu ketika masih dalam suasana pembatasan kegiatan masyarakat karena Covid-19, lomba Bali Yosakoi Matsuri digelar secara online dan UKM Pragina ITB STIKOM Bali keluar sebagai juara 3.   

Dilansir dari berbagai sumebr, festival Yosakoi pertama kali diadakan pada 10-111 Agustus 1954 di kota Kochi,  Prefektur Kochi, Jepang. Peserta festival waktu itu berjumlah 750 penari yang tergabung dalam 21 kelompok. Sebelumnya, tari Yosakoi pertama kali dipentaskan di muka umum sebagai tari kreasi baru pada Pameran Dagang dan Industri Prefektur Kochi, Maret 1950.

Selanjutnya Festival Yosakoi atau Yosakoi Matsuri menjadia genda tahunan yang diadakan  di kota Kochi 9 – 12 Agustus  Festival berlangsung selama 4 hari, dengan puncak pentas utama pada 10 Agustus dan 11 Agustus. Malam sebelum pentas utama (9 Agustus) dimeriahkan oleh pesta kembang api   dan 12 Agustus adalah hari kompetisi nasional.

Yosakoi adalah tari dengan ciri khas gerakan tangan dan kaki yang dinamis. Tari ini berkembang sebagai bentuk modern tari musim panas Awa Odori. Sambil menari, di kedua belah tangan, penari pria dan wanita segala umur membunyikan pekusi dari kayu yang disebut naruko. Mulanya, naruko dipakai untuk mengusir burung-burung di sawah, tetapi sekarang menjadi pelengkap tari. (rsn)