Empat Kartu di Tangan Bawa Teater Biner Juara Lomba Musikalisasi Puisi

Anggota Teater Biner sedang beraksi

DEENPASAR – Unit kegiatan Mahasiswa Teater Biner ITB STIKOM Bali keluar sebagai juara pertama lomba Musikalisasi Puisi yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Bali tahun 2021. Perlombaan ini mengusung tema “Gemerlap Maha Karya dalam Balutan Seni Budaya”.

Musikalisasi puisi merupakan pementasan teater yang mengkolaborasikan antara puisi dan musik. Pembawaan puisi dengan model lantunan suara dan diiringi oleh beberapa alat musik. Lomba Musikalisasi Puisi kali ini diselenggarakan secara online oleh PNB. Teater Biner pun melakukan record performance pada 24 Juni 2021 bertempat di Aula ITB STIKOM Bali dan kemudian menyerahkan video kepada panitia perlombaan pada 26 Juni 2021.

Puisi berjudul Empat Kartu di Tangan itupun akhirnya membawa Teater Biner ITB STIKOM Bali meraih Juara I pada Politeknik Negeri Bali Art Performance and Competition kategori Musikalisasi Puisi.

Teater Biner membawakan puisi berjudul Empat Kartu di Tangan Karya Taufik Ismail. Para pemeran yang mendukung musikalisasi puisi ini adalah:

– I Gede Bismanthara Suputra

– Ridho Satria Ramadhan

– Ida Bagus Santa Pramudya Wibawa

– Kadek Wahyu Surya Pranata

– Putu Dwi Yoga Irmansyah

– Ni Made Ulan Widiantari

– Ni Made sri Adnyani putri

Merujuk pada tahun puisi ini dibuat oleh penyair Taufik Ismail pada tahun 1998, adalah tahun yang dikenal masyarakat sebagai  puncak pemerintahan rezim Orde Baru Presiden Soeharto yang banyak melakukan korupsi selama memerintah RI. Kemungkinan sosok “aku” yang dimaksud penyair adalah Mantan Presiden RI Soeharto atau seluruh oknum korup yang terkait pada saat itu dimana semua itu banyak terungkap mulai dari September 1998 hingga Desember 1998 dan bisa ditafsirkan sebagai ajang “buka kartu” beliau dimana memperlihatkan sisi gelapnya bahwa segala sesuatu yang dikerjakan sebenarnya tetap berorientasi pada uang.

Foto bersama dosen pembina Teater Biner Tria Hikmah Fratiwi (kiri) dan Nyoman Ayu Nila Dewi (kanan)

Bisa ditafsirkan juga bahwa jika ditelusuri budaya korupsi tersebut masih mendarah daging di Indonesia hingga pemerintahan saat ini. Memberikan gambaran bahwa masih sulit diakui bahwa oknum pemerintah bekerja untuk masyarakat melainkan untuk mendapat keuntungan untuk mengatasi haus keserakahannya. (*)